Translate

Minggu, 18 September 2022

CERPEN : DAISY DAN SATU KOTAK PERMEN



Sunrise hadir dalam embusan sejuknya angin lewat, tertutupi kabut hitam pekat, bersamaan turun dalam iringan mendung dan gerimis. Tak ada langit yang biru apalagi mentari yang menjalar gemulai dengan indahnya, yang ada hanyalah percikan petir berlanjutkan guntur.

Seorang gadis dengan rambut panjangnya yang bewarna biru berjalan santai melewati teman-temannya yang telah berbaris rapi. Hari ini ia resmi menjadi mahasiswa baru jurusan psikologi. Dia Daisy, si pecinta permen atau yang sering disebut candy addicted. Sorot matanya yang tajam membuat siapa saja yang menatapnya menjadi sungkan. Daisy tidak memperdulikan rintik hujan yang membasahi pakaiannya, pun ia tidak mau tahu bagaimana tanggapan serta tatapan orang lain. Namun, pagi ini seseorang berani mengusiknya.

“Gak lihat ya teman-teman kamu udah pada ngumpul? Mahasiswa baru tapi udah telat, mau dihukum?” tegas Hani. Ia merupakan salah satu senior yang disegani oleh mahasiswa psikologi dan kebetulan menjadi pemandu kelompok Daisy.

“Santai aja kali, lagi hujan gabisa jalan cepat,” ujar Daisy santai. Teman-teman Daisy yang lain saat mendengar itu menjadi was-was. Hal itu dikarenakan banyak terdapat senior yang lain di sana.

“Berani banget ya kamu, maju ke depan!” geram Hani. Senior-senior yang lain pun heran dengan tingkah Daisy. Mereka melihat Daisy dengan remeh dan jengkel karena belum pernah ada yang membantah Hani sebelumnya.

“Berani lah masa enggak,” ujar Daisy. Daisy maju ke depan dengan penampilannya yang acak-acakan dan mengunyah permen rasa buah plum. Sedangkan di ujung lapangan, seorang laki-laki tersenyum melihat tingkah Daisy.

“Untuk yang lain silahkan istirahat, kamu di sini dulu hormat selama satu jam,” ujar Hani. Daisy berdecak kesal dan terpaksa untuk melakukan hal yang tidak ia sukai. Sementara Daisy melakukan sikap hormat, Hani dipanggil oleh laki-laki yang dari awal memperhatikan Daisy, ia adalah Arkan senior paling populer di jurusan Psikologi. Arkan adalah mahasiswa berprestasi yang terkenal sangat disiplin.

“Ini biar aku yang beresin,” ujar Arkan.

“Tapi Ar, sekarang aku yang bertugas di kelompok ini,” sanggah Hani.

“Udah kamu tenang aja, istirahat dulu sana,” ucap Arkan bersikeras.

Di tengah lapangan, tubuh Daisy basah kuyup karena hujan semakin lebat. Hukuman yang dijalaninya belum sampai satu jam, akan tetapi Daisy sudah merasa sangat kedinginan. Daisy melihat sekeliling, tidak ada senior yang memperhatikannya. Sial, batin Daisy kenapa ia tiba-tiba menjadi bodoh dan menuruti perkataan seniornya itu. Daisy lalu berjalan meninggalkan lapangan, persetan dengan hukuman apapun itu. Namun langkahnya terhenti ketika Arkan berbagi payung dengannya. Bola mata Daisy membulat ketika pandangannya bertemu dengan binar mata Arkan yang cemerlang.

“Lain kali bawa payung,” ucap Arkan.

“Baik kak, terima kasih.”

Arkan membawa Daisy ke gazebo untuk berteduh. Daisy merasa sangat canggung berada dekat dengan Arkan. Sikap santai dan cuek Daisy runtuh saat berdekatan dengan Arkan. Entah sihir apa yang dimiliki oleh Arkan. Namun, hal itu menjadi hal manis pertama kali dalam hidup Daisy selain permen.

“Nama kamu siapa?” tanya Arkan.

“Daisy Carissa kak,” jawab Daisy.

“Kamu tahu siapa saya?” tanya Arkan kembali yang dijawab Daisy dengan anggukan canggung. Arkan tersenyum tipis. Daisy tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan dingin semakin menyeruak sampai ke tulang-tulangnya. Tanpa sadar Daisy menggerutukkan gigi dan memeluk lengannya sendiri. Melihat hal itu, Arkan segera melepas jaket abu-abu yang ia pakai dan memasangkannya kepada Daisy. Sontak hal itu membuat wajah Daisy merona merah. Lalu Arkan memasangkan earphone ke telinga Daisy agar membuat Daisy lebih tenang.

Tanpa sadar, Hani memperhatikan mereka berdua. Hani mengepalkan tangannya kuat hingga terlihat buku-buku tangannya. Sudah satu tahun Hani mengincar Arkan, namun perlakuan yang diberikan Arkan kepadanya sangat berbeda dengan perlakuan Arkan kepada Daisy si mahasiswi baru.

Setelah hujan reda, Daisy kembali ke kelas. Namun sebelum itu ia memberikan satu kotak permen kepada Arkan sebagai balasan karena telah baik kepadanya. Hal itu diterima baik oleh Arkan dan membiarkan Daisy membawa jaketnya. Saat berjalan menuju kelas, Daisy dihadang oleh Hani. Namun kali ini Hani tidak sendiri, Hani membawa teman-temannya yaitu Sita, Dewi dan Shasa. Mereka merupakan perkumpulan cewek-cewek popoler di jurusan psikologi.

“Anak baru berani-beraninya ya deketin Arkan,” ujar Dewi.

“Gayanya belagu banget lagi,” sinis Shasa.

Daisy hanya tersenyum. Bukan hal yang baru bagi Daisy menemukan senior yang seperti itu. Semenjak sekolah menengah Daisy sudah mengalami hal yang serupa, jadi hal itu sudah menjadi makanannya.

“Udah deh, jangan berharap kamu bisa sama Arkan,” ujar Hani.

“Memangnya kak Arkan pacar kakak?” sanggah Daisy yang membuat Hani terdiam. Semua orang tahu bahwa Hani dan Arkan tidak mempunyai hubungan apa-apa. Merasa kalah, Hani dan teman-temannya lalu meninggalkan Daisy kesal.

“Aneh banget,” ujar Daisy.

Satu minggu berlalu, Daisy dan teman-temannya resmi menjadi mahasiswa psikologi. Namun Daisy sudah dikenal oleh teman-temannya dan para senior karena kejadian ketika ospek. Hari demi hari Daisy lalui dengan santai, namun ia belum melihat Arkan semenjak hari terakhir mereka di gazebo. Daisy sudah lama ingin mengembalikan jaket Arkan, namun ia tidak melihat pria itu. Daisy akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada Joshua, salah satu sahabat Arkan.

“Kak Josh, tahu kemana kak Arkan?” tanya Daisy.

“Maaf Daisy, aku gatau dimana Arkan sekarang, tapi kabarnya dia izin satu minggu dikarenakan Ayahnya sakit,” jawab Joshua.

Mendengar hal tersebut membuat Daisy merasa sedih. Daisy tidak tahu kenapa tiba-tiba persaannya campur aduk kalau menyangkut Arkan. Hal kecil yang dilakukan oleh Arkan telah membuat Daisy si gadis es telah mencair. Penampilan Daisy juga telah berubah menjadi lebih rapi, dengan rambut yang kembali bewarna hitam. Banyak teman-teman Daisy yang menunjukkan rasa sukanya terang-terangan kepada Daisy, namun Daisy tidak pernah menggubrisnya.

Hani dan teman-temannya masih melihat Daisy sinis, namun hal itu tidak pernah ditanggapi oleh Daisy sehingga mereka capek sendiri dan berhenti. Daisy terus mencari kabar keberadaan Arkan, namun tidak ada satupun yang tahu. Satu minggu yang dikatakan oleh Joshua berubah menjadi satu bulan. Daisy merasa harapannya untuk sekadar bertemu kembali dengan Arkan pupus. Sangat aneh karena pihak kampus juga merahasiakan keberadaan Arkan.

---

Setelah mengerjakan tugas kelompok, Daisy pulang awal karena ditelpon oleh Ayahnya. Sampainya di rumah, Daisy segera bersiap dan berdandan serapi mungkin sesuai dengan perintah Ayah dan Ibunya. Ibu Daisy tersenyum bahagia melihat anak gadisnya itu telah dewasa serta cantik seperti dirinya muda.

“Kita mau kemana ma, pa?” tanya Daisy ketika dalam perjalanan.

“Udah kamu ikut aja, nanti juga tahu,” ujar Ibu Daisy.

“Daisy ga dijual kan ma, pa?” tanya Daisy polos.

“Ya ampun Daisy, ya enggaklah…, kita mau ketemu sahabat papa, dia baru pulang dari luar negeri,” ujar Ayah Daisy.

Daisy menghembuskan nafasnya kasar lalu memakan permennya yang ketiga. Kali ini rasa strawberry. Daisy agak curiga dengan sikap orangtuanya yang tib-tiba saja seperti itu. Namun, tidak mau berpikir berlebihan, Daisy memilih untuk mendengarkan musik dan merebahkan tubuh.

“Daisy bangun, kita udah sampai,” ujar Ibu Daisy. Dengan mata yang berat, Daisy melihat ke luar. Terpampanglah rumah megah yang tak kalah dengan rumahnya. Daisy mengikuti orangtuanya untuk masuk. Di dalam, orangtua Daisy langsung disambut oleh pemilik rumah yang Daisy ketahui adalah sahabat Ayahnya. Daisy merasa agak familiar dengan sahabat Ayahnya itu. Namun Daisy tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Mereka akhirnya duduk di meja makan yang megah.

“Daisy ingat tante sama om ga?” ujar pemilik rumah tersebut.

“Hmm, engga ingat om, tante,” jawab Daisy ragu.

“Maklum aja Rin, waktu itu Daisy masih kecil,” ujar Ibu Daisy.

Daisy berpikir dengan keras, ingatannya melayang kepada belasan tahun yang lalu. Dimana pada saat itu ia bermain ayunan bersama seorang anak laki-laki yang merupakan tetangganya. Samar-samar wajah tante Rina dan om Agung tergambar jelas di wajahnya. Secepat kilat fokus Daisy kembali. Pupil mata Daisy melebar dan Daisy menutup mulutnya rapat karena baru ingat.

“Astaga, Om Agung dan Tante Rina, maafin aku om, tante…,” desis Daisy.

“Om Agung baru pulang dari luar negeri untuk pengobatan selama satu bulan,” ujar Ayah Daisy.

“Sekarang sudah sembuh om?” tanya Daisy.

“Sudah lebih baik Daisy, ini juga berkat anak om yang mengurusi semuanya,” ujar om Agung.

Mereka semua bercengkrama dan sama-sama mengingat masa-masa di saat mereka menjadi tetangga. “Kalau sama anak tante masih inget dong?” ujar tante Rina. Daisy terdiam dan mengingat sahabat kecilnya itu. Daisy memanggilnya Totoro, karena sahabat kecilnya itu gemuk dan lebih tinggi daripada Daisy. “Ingat tante, Totoro kan?” ujar Daisy polos.

Sontak semuanya tertawa. “Totoro sahabat kecil kamu itu, namanya Arkan Arya Delaga sayang,” ucap tante Rina. Sontak mendengar hal itu hampir membuat Daisy melompat dari kursinya. Daisy sangat terkejut. Totoro sahabat kecilnya itu, kenapa bernama Arkan? Sangat persis dengan nama seniornya. Orang yang ia cari selama satu bulan ini.

“Halo Daisy, lama ga ketemu,” ujar seseorang dari arah belakang. Mendengar suara tersebut Daisy menoleh dan mendapati Arkan. Benar-benar Arkan, senior yang memayungi dan meminjamkan jaket kepadanya. “Totoro?! Astaga kamu beneran Totoro?” tanya Daisy. Arkan tersenyum dan mengacak-acak rambut Daisy. “Kamu tumbuh dengan baik dan sedikit nakal,” ujar Arkan. Hal itu membuat Daisy tidak bergeming, apalagi orangtua mereka melihatnya dengan gemas pula.

Setelah makan malam, Daisy dan Arkan melanjutkan canda tawa. Sedangkan orangtua mereka semakin senang karena kedua bocah yang sudah dewasa itu telah mereka jodohkan semenjak bayi. “Kurangi makan permennya,” ujar Arkan sambil mencubit hidung Daisy. “Heh Totoro, dulu waktu kecil kamu yang ngasih aku satu kotak permen sebelum kamu pindah rumah,” jawab Daisy tidak mau disalahkan. Sejauh apapaun Totoronya Daisy pergi, namun ia kembali juga. Tanpa mereka sadar, takdir membawa mereka dalam kebahagiaan.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Kpoper: Menemukan Keuntungan dalam Budaya Pop Korea

Korea Pop, atau K-pop, telah menjadi fenomena global yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Bagi banyak penggemar, menjadi seorang...