Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Puisi "Aku" Karya Chairil Anwar - Salah Satu Puisi Paling Populer di Indonesia

Salah satu puisi paling populer di Indonesia adalah "Aku" karya Chairil Anwar. Puisi ini menjadi salah satu karya sastra yang sangat dihargai dan dihafal oleh banyak orang di Indonesia. Berikut adalah puisi "Aku" karya Chairil Anwar: Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi "Aku" karya Chairil Anwar telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan sebagai salah satu karya sastra terpenting di Indonesia. Namun, secara spesifik, puisi ini tidak memiliki penghargaan yang ditujukan langsung kepada dirinya sendiri, karena penghargaan sastra umumnya diberikan kepada penulis secara keseluruhan atas karyanya, bukan hanya satu karya tertentu. Meskipun begitu, "Aku" ...

Sajak Berteriak

  Setiap Hal Kecil Terdiam, Mencerna kata-kata Kamu mungkin versi aku dalam bentuk berbeda   Kata, Terdampar pada kertas usang, Kamu mungkin tidak menyadarinya Terselip di buku yang pernah aku pinjam   Aku tidak pernah beranjak Lalu pikiran ini bertanya, Apa yang terselip di balik bukumu?   Senyap, Tenggelam, dalam kalimat yang kau ciptakan Yang mungkin tidak pernah selesai,   Sementara, Sunyi telah menjelma menjadi kamu Lalu aku dimana? Aku ada dalam setiap hal kecil yang bising Si pelempar pertanyaan menyebalkan, Si absurd yang terlalu aneh, haha   Setiap hal kecil Yang selalu kau perhatikan, dan aku yang suatu saat akan terlupakan? Entahlah … --- Renai ---

Sajak -- Untuk Gil, dan Pria Penyuka Hujan

  Untuk Gil Gil, kau tahu? Aku suka menulis puisi, Namun aku enggan untuk menyuarakannya dengan lantang Kau tahu kenapa? Karena aku hanyalah suara yang tidak akan pernah kau dengar Aku juga tidak pernah mengirimnya padamu Kau tahu alasannya? Karena aku tahu kau tidak akan pernah membacanya Sekalipun aku berteriak, menumpahkan seluruh emosiku … Sudahlah Gil, aku adalah kepingan dari sebuah kenangan Ah sial, aku bahkan menghapus sebagian sajakku … Gil, aku jadi berpikir … Apakah mungkin kau hanyalah tuan malam dan sebenarnya aku nona mimpi? Ketika hari sudah pagi, kita berdua sama-sama tersadar, Jika yang tersisa dari itu hanyalah hitam dan bayangan Entahlah Gil, kau tidak akan pernah tahu … Karena semuanya tidak pernah nyata, dan kau juga Tanah Datar, 2021 Untuk Pria Yang Menyukai Hujan Di sebuah pemberhentian bus kota, Seorang pria penyuka hujan bercerita Derap langkahnya mungkin sudah lelah Berhenti untuk menggapai pengharapan semu, Lampu-lampu dari gedung menyinari matanya yang m...

"Sebuah Ruang Penuh Siksa"

Sempit... Menumpahkan rasa yang entah kau sebut apa Ego yang lama padam kini menyala Berseru lagi.. Yah begini-begini saja Aksara biasa luapan jiwa... Tentang menjadi berbeda di ruang siksa... Ruang ini masih sempit.. Susunan kata yang dulu kurangkai... Entah hilang dibawa angin... Hening tak ada suara yang begitu bermakna... Enggan untuk bergerak sesuai rencana... Lupa akan nikmatnya ruang terbuka... Andai cakrawala pemikiran bisa saling menerima... Ruang sempit ini akan penuh cinta, bukan luka...

Kemarin Ku Putuskan Untuk Membencinya, Bisakah?

Bagaimana? Jika terlibat dalam rasa yang kau sendiri tidak tahu apa Hadir tiba-tiba tanpa aba-aba Nyari ribut  hanya alasan agar bisa berkata-kata Terbiasa? Mungkin Sekedarnya saja  itu yang dari awal diinginkan Karena kecewa datangnya tidak mengenal kapan Semua pupus hanya dengan satu sapaan Lagi, aku jatuh Ku putuskan benci dirinya kemarin Kepada pemilik hati yang mungkin sudah bertuan Bisakah ? Selamat malam, 2 Oktober 2020 Dari aku yang menatap langit-langit kamar

Jangan Tanyakan Kenapa

Seorang bungkam, mungkin diam adalah cara Air mata juga kadang tak jadi masalah Aku insan, hanya insan Mana bisa menjadi penentu kehidupan Dia berbicara, celoteh indah bergelora jiwanya Mereka berseru, meneriakkan bersatu Aku? Aku hanya insan. Sekali lagi insan Seorang bisu, jadi batu Saru dengan biru ataupun haru Asalkan tidak pernah meragu Dia insan, jangan tanyakan mereka Mereka juga insan, jangan tanyakan sebuah alasan Aku insan, jangan tanyakan Kenapa Semua cukup, diberi kehidupan #sunset_di_tanah_anarki Selamat menikmati :))