Langsung ke konten utama

Disini, Jika Lelah dan Ingin Pulang




Dituliskan pada sudut kamar, setelah keluh kesah membayangi senyum bulan malam ini. Apa yang kau cari? Jawaban? Coba bayangkan sejenak, angin sepoi-sepoi sedang menggoyangkan ranting kecil yang berusaha mempertahankan daunnya yang mulai rapuh. atau riak gelombang yang saling mengejar hingga menghantam bibir pantai, pantai tidak pernah mengeluh. Batu karang tetap tegar, tetap kuat bersahaja.
Setiap hal yang menjengkelkan akan terlewati. Memangnya siapa sih yang tidak pernah sedih? resah? kecewa?. Semua orang merasakannya.
Hanya saja di suatu momen seseorang hanya menganggap remeh. Seakan-akan semuanya tak memiliki arti?
Apa rahasia yang tersimpan sebenarnya? Waktu akan menjadi kunci. Semua akan naik ke permukaan. Pada saat itu yang terpenting bukan lagi jawaban.

Ranting-ranting kecil itu menemani seorang Bapak yang saat ini termenung. memikirkan anak-anaknya yang telah dewasa. padahal rasanya baru kemarin si kecil minta dibuatkan ayunan dan bermain seluncuran. dia seorang Bapak, yang tidak mengenal pendidikan tinggi, akan tetapi dengan kulitnya yang coklat, tulangnya yang kuat, dan hatinya yang senantiasa bersabar, bahagia sekali melihat anaknya ketika kelulusan. Dia Bapakku. yang malu-malu maju ke depan ketika namanya dipanggil wali kelas ketika SMA untuk mengambil raporku. yang diam-diam tersenyum lebar melihat usaha anaknya. Dia Bapakku, siapa bilang ia tak punya kekurangan? setiap manusia punya kekurangan, tapi ia belum pernah sekalipun main tangan. Emosinya memang kerapkali tertahan, akan tetapi akan ceria kembali ketika ia makan bersama kami.

Malam ini mungkin televisi masih berbunyi di ruang tengah menemani Ibu yang mulai mengantuk. sebenarnya kalau ada aku, dia banyak curhatan. tontonan televisi menjadi satu-satunya hiburan, karena teknologi hp cuman bisa ia kuasai untuk sekadar menerima telpon. Ibu, yang sangat pandai berbohong. memberikan laukknya ke piring nasiku, dia bilang tak sukaa, dagingnya terlalu alot... padahal aku tahu betul daging ikan tersebut tidak alot. sebelum tidurnya kadang ia menangis, merindukan bayi-bayinya yang dulu penuh keharuman. kini bayi-bayi itu telah terbang melanglangbuana. menggapai tujuannya masing-masing. perkataan Ibu cerewet, akan tetapi prediksinya tidak pernah meleset. harapannya langsung terhubung dengan Tuhan. hatinya sekarang tidak tenang, karena ia selalu bisa merasakan ketika anaknya dalam kesedihan. seumur hidupnya..., ia akan bilang... tak ada yang lebih aman daripada rahim ibu nak... rahimku mampu melar menampungmu. dan tak akan melukaimu


rumah yang sesungguhnya itu bukan bangunan
sebelum kamu hancur, kamu utuh kok... berkilau... bahkan cahayamu memberikan berkah untuk sekitar
Hidup aja yaa, demi apa pun yang jadi tujuan kamu.... tetap hidup yaa demi semangkok bakmi juga boleh, demi aroma buku baru, demi apa saja...

Sssst jangan overthinking, kamu anak yang berharga buat keluarga kamu, buat orang yang menyayangi kamu...


Sampai bertemu pada tulisan berikutnya...






 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NCTzen: Penggemar NCT di Indonesia

Dunia hiburan Korea telah menjadi fenomena global yang memikat jutaan orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu grup yang telah menarik perhatian banyak penggemar di Indonesia adalah NCT. Dikenal dengan konsep uniknya yang melibatkan banyak subunit dan anggota, NCT telah berhasil membangun basis penggemar yang kuat di Indonesia, yang dikenal dengan sebutan NCTzen. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi fenomena NCTzen di Indonesia, menggali asal usulnya, dampaknya, dan apa yang membuatnya begitu istimewa. Asal Usul NCTzen di Indonesia NCTzen, istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggemar NCT, berasal dari kata "NCT" dan "citizen". Mereka bukan sekadar penggemar biasa, tetapi merasa memiliki keterikatan yang kuat dengan grup dan anggotanya. Di Indonesia, fenomena NCTzen mulai muncul sejak NCT mulai mendapatkan popularitas di tanah air. Awalnya, popularitas mereka terutama dibangun melalui media sosial dan platform streaming musik, di mana lagu-l...

Khaled Hosseini: Penyair Luka dan Harapan

Dalam lanskap sastra modern, terdapat nama yang mencuat dengan cerita-cerita yang membingkai kehidupan dan penderitaan di Afghanistan dengan penuh keindahan dan kekuatan emosional. Nama itu adalah Khaled Hosseini, seorang penulis yang melalui kata-katanya, menjelajahi luka dan harapan yang mengalir dalam aliran sejarah yang bergulir di Afghanistan. Hosseini lahir pada tahun 1965 di Kabul, Afghanistan, dan kemudian pindah ke Amerika Serikat pada usia belasan tahun. Pengalaman hidupnya yang melintasi dua benua memberikan fondasi yang kuat bagi narasi-narasi yang mencakup kehangatan dan kepedihan, pengorbanan dan kehilangan, cinta dan pengampunan. Salah satu karya paling ikoniknya, "The Kite Runner", mengeksplorasi hubungan kompleks antara dua sahabat, Amir dan Hassan, di tengah pergolakan politik dan sosial di Afghanistan. Dengan latar belakang yang kuat, Hosseini mempersembahkan kisah yang menggugah jiwa, mempertanyakan kesetiaan, dan mengeksplorasi implikasi dari pilihan yang...

Puisi "Aku" Karya Chairil Anwar - Salah Satu Puisi Paling Populer di Indonesia

Salah satu puisi paling populer di Indonesia adalah "Aku" karya Chairil Anwar. Puisi ini menjadi salah satu karya sastra yang sangat dihargai dan dihafal oleh banyak orang di Indonesia. Berikut adalah puisi "Aku" karya Chairil Anwar: Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi "Aku" karya Chairil Anwar telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan sebagai salah satu karya sastra terpenting di Indonesia. Namun, secara spesifik, puisi ini tidak memiliki penghargaan yang ditujukan langsung kepada dirinya sendiri, karena penghargaan sastra umumnya diberikan kepada penulis secara keseluruhan atas karyanya, bukan hanya satu karya tertentu. Meskipun begitu, "Aku" ...