Seorang laki-laki mengendap-endap melewati geng yang paling ditakuti di kampung Rambutan. Geng Jangkrik terkenal bringas dan juga suka melakukan pemalakan. Laki-laki itu membawa satu bungkus gorengan lengkap dengan cabe rawitnya. “Berhenti kau Bob,” ucap salah seorang dari mereka. Penampilannya berantakan dengan tato naga di lengan kirinya terpampang nyata. Lantas lelaki yang bernama Bobi itu menoleh sekilas dan menggenggam erat gorengannya. Melanjutkan berjalan tanpa menghiraukan mereka. “Berani dia sekarang bang,” ujar seorang berbadan paling kecil diantara mereka dan rambut jabriknya yang bewarna hijau. Begitu nyentrik. Dia mendekati Bobi dan menarik bajunya ke belakang. Menggeram marah karena tidak menghiraukan mereka. “Apa lagi salahku bang Marko?” tanya Bobi dengan muka memelas. Marko yang sedari tadi duduk di kursi kebesarannya tertawa sinis dan mendekat ke arah Bobi. Mengernyitkan mukanya lalu merampas gorengan yang di genggam Bobi. “Salahmu itu kali ini tidak member...
Hanyalah curahan hati dari seorang manusia yang menyukai hujan, kue donat dan susu vanilla. Bukanlah hal yang terlalu serius, tapi semoga bisa menjadi tempat pulang ternyaman.